Sagarmy – Israel menghadapi risiko dikeluarkan dari jalur kualifikasi Piala Dunia 2026 Sports Betting akibat meningkatnya tekanan dari berbagai pihak internasional.

Laporan media Eropa menyebutkan bahwa wacana pemungutan suara luar biasa mengenai kelanjutan partisipasi Israel tengah dipersiapkan. Meski Asosiasi Sepak Bola Israel membantah isu tersebut, UEFA menegaskan bahwa pertemuan resmi baru akan digelar pada Desember mendatang.

Beberapa sumber menilai peluang untuk diadakannya sidang darurat semakin besar, seiring kian gencarnya desakan terhadap status Israel di dunia sepak bola.

Saat ini Israel berkompetisi di bawah naungan UEFA, bukan lagi AFC. Dalam kualifikasi Piala Dunia, mereka menempati posisi ketiga Grup I, hanya kalah selisih gol dari Italia. Namun, pencapaian di lapangan berpotensi tak berarti apabila keanggotaan mereka dipersoalkan.

Media Israel melaporkan bahwa federasi sepak bola negara tersebut sedang melakukan lobi intensif, berusaha mencari dukungan dari berbagai asosiasi olahraga agar tidak sampai pada skenario terburuk. Kabarnya, Jerman dan Hungaria menjadi dua negara Eropa yang siap menolak pemungutan suara terkait.

Hingga kini, FIFA, UEFA, maupun asosiasi sepak bola terkait belum mengeluarkan pernyataan resmi. Meski begitu, posisi Israel di jalur menuju Piala Dunia 2026 jelas berada di bawah tekanan politik yang sangat besar.

Serangan Israel ke Gaza Meningkat, Korban Sipil Bertambah

Di tengah isu sepak bola Sports Betting, Israel tetap melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza yang menimbulkan korban jiwa besar di kalangan warga sipil.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa pada 20 September, sedikitnya 60 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka akibat gempuran udara Israel. Salah satu serangan paling mematikan menghantam sebuah rumah di al-Tuffah, timur Kota Gaza, menewaskan sembilan anggota keluarga, termasuk seorang bayi di bawah satu tahun.

Kampanye ofensif Israel juga memicu eksodus besar-besaran. Diperkirakan sekitar 450.000 warga telah meninggalkan Kota Gaza, hampir separuh dari total populasi. Angka ini mendekati klaim tentara Israel yang menyebut 480.000 orang sudah mengungsi. Namun, Hamas menyatakan bahwa hanya 300.000 penduduk yang keluar, sementara sekitar 900.000 masih bertahan.

Pada hari yang sama, Hamas merilis foto 47 sandera asal Israel yang mereka tahan di Gaza, disertai peringatan bahwa itu bisa menjadi potret terakhir jika operasi militer terus berlanjut.

Di Israel sendiri, ribuan orang menggelar protes di Yerusalem, termasuk keluarga para sandera, mendesak pemerintah Benjamin Netanyahu agar menempuh kesepakatan pertukaran sandera daripada melanjutkan serangan yang berisiko pada keselamatan mereka.

Sementara itu, Channel 12 Israel melaporkan bahwa Qatar menuntut permintaan maaf resmi dari Israel atas serangan 9 September di Doha. Insiden itu dianggap telah merusak proses mediasi gencatan senjata, yang sebelumnya difasilitasi Qatar antara Israel dan Hamas.


Leave a Reply